31 Desember: waktu yang tepat buat flashback setahun ke belakang sebelum mulai berencana untuk tahun ke depan.
Buat saya, tahun 2017 ini banyak hal baru yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Hal baru yang paling besar pengaruhnya adalah masuk entry level job. Mulai pekerjaan pertama inilah yang, selain (akhirnya) bisa mandiri secara finansial, mempengaruhi hal-hal baru lainnya sepanjang 2017 ini.
Walaupun kerja ternyata super capek (dan mengurangi banyak waktu me time dibanding saat kuliah) tapi saya senang karena dibayar. Yas, it’s all about the money. Jadi kalau capek karena lembur terus ya motivasinya (selain for the project’s impact sake kalau lagi punya hati mulia) ya uang. Kebetulan saya kerja di consulting firm yang hitungannya per jam. Jadi semakin lama kerja semakin banyak uang yang bisa masuk ke pundi-pundi saya di tanggal 15 dan 25, HE HE HE.
Anyway, ngomongin lembur, menurut saya kerja lembur di kalangan pekerja entry level ini wajar banget. Kan emang kita yang dibayar paling murah. Jadi dengan pekerjaan yang banyak itu ya musti kita yang kerjain banyak hal. Kalau Senior ke atas yang lebih banyak kerjaannya daripada pekerja entry level ya uang perusahaan jebol dong?! Jadi ya bercapek-capek lah dahulu, bersenang-senang kemudian.
Oke, balik ke kaleidoskop hal baru di tahun 2017. Langsung aja, ini dia cerita saya.
Tahun ini saya menghapus akun Instagram saya.
Alasan utamanya ya karena saya gak suka difoto dan memfoto. Jadi pemain pasif, lama-lama bosan juga. Selain itu saya malah jadi benci semenjak ada fitur Stories. Saya ini tipikal orang yang benci lihat notifikasi banyak yang dibiarkan. Sementara Stories kan ada lingkaran luar gitu kalau belum dilihat, secara gak sadar saya pencet, soalnya kayak notifikasi. Walau cuma diskip dan pencet-pencet terus sampai abis ya lelah aja gitu soalnya gak semua penting untuk dilihat. Kayak buka email dan langsung overwhelmed banyak email promo, tapi email bisa di ‘mark all as read‘. Intinya, saya tahun ini sadar kalau Instagram memang diciptakan bukan untuk orang-orang seperti saya.
Tahun ini saya migrasi ke layanan telepon seluler pasca bayar.
Saya dari SMA pengguna Axis, dapet di konsernya Bang Adam tahun 2011 dan setia jadi pengguna soalnya murah. Lalu semenjak mulai kerja saya mulai merasa bermasalah dengan operator ini. Jaringan internetnya gak bisa diandalkan dan beberapa kali sempat kena tegur senior karena susah dihubungi. Alhasil pindah ke Telkomsel karena sudah dikenal bisa diandalkan. Tapi kok ya isi 100 ribu cuma kepake 2 minggu?!! Tekor awak. Setelah riset akhirnya saya sekalian aja daftar pasca bayar. Pindah ke KartuHalo dan subscribe HaloKick. Kalau dihitung-hitung dari segi benefit yang didapat, tagihan per bulannya lebih murah dibanding subscribe paket bulanan di kartu prabayar. Selain itu gak usah takut pulsa dan kuota internet habis di saat genting! Terbaik!
Tahun ini saya subscribe layanan video on demand: HOOQ dan Netflix.
Alasan utama subscribe layanan VOD karena saya suka bingung kalau mau nonton film lama nonton dimana dan mencoba menghargai hak cipta film. Lanjutan dari sebelumnya, saat daftar paket HaloKick saya dapet free subscription HOOQ sampai April 2019. IYA, DUA-RIBU-SEMBILAN-BELAS. Awalnya saya kira itu 2018, pas dicek lagi ternyata beneran sampai 2019! Wiii. Enaknya di HOOQ ini banyak film Indonesia. Dan film Indonesia yang baru cepet banget masuknya! Saya di HOOQ udah nonton Critical Eleven, Sweet 20 dan Stip & Pensil yang baru rilis tahun ini juga. Selain film lokal, koleksi film mancanegaranya juga lumayan. Saya sempat nonton Interview with The Vampire, The Hours dan The Blair Witch Project. Nah kalau Netflix ini saya subscribe karena ngincer original series-nya sih, khususnya Black Mirror Season 4 di akhir tahun ini dan A Series of Unfortunate Events Season 2 dan 3 tahun depan. Saya subscribe Netflix berdua sama temen kantor saya supaya lebih murah. Biaya per bulannya gak lebih dari uang foya-foya di satu hari Jumat.
Tahun ini saya buka rekening Jenius.
Jenius ini emang bener-bener Jenius. Dengan logo Visa, Jenius bisa dipakek buat bayar Grab dan Netflix secara otomatis! Bisa buat bayar Spotify juga sih. Maret nanti pas premium saya habis, saya mau connect ke Jenius juga. Terus Jenius punya fitur Save It. Intinya kita bisa bikin pundi-pundi sendiri. Di Save It ada fitur Flexi Saver, Drema Saver dan Maxi Saver. Uang yang ada di Save It ini beda sama Active Balance yang dipakai untuk bertransaksi. Kalau saya dibagi 4: Active Balance, Flexi Saver, Dream Saver dan E-Card. Untuk lebih jelas bisa kunjungi laman website Jenius dan silahkan berlama-lama pelajari keuntungannya. Saya udah rekomendasiin Jenius ke Mila dan dia juga merasa beruntung banget punya Jenius!
Tahun ini saya mulai melakukan rutinitas skincare.
Bukan full 10 step ala-ala Korea itu sih. Mengadopsi yang menurut saya penting aja. Kulit saya cenderung normal, jadi gak usah terlalu heboh. Lagian masih pemula. Di pagi hari saya mulai dengan water cleanser, toner, moisturizer dan sunscreen sebelum lanjut ke BB cream dan bedak. Kalau malamnya saya baru rutin micellar water sama water cleanser aja. Pake toner kadang-kadang dan masih dalam pencarian moisturizer untuk malam yang cocok. Sama exfoliate dan maskeran di Minggu malam. Hasilnya: lumayan. Ya saya gak lihat perubahan drastis sih. Tapi saya sadar walau gak make-up heboh muka tuh harus dibersihin! Dulu saya ngerasa semakin sore kan semakin gak berasa pake make-up (yang cuma BB cream dan bedak itu), jadi bisa hilang sendirinya. Eh pas dibersihin beuh coklat dan hitam. Ini kebiasaan baik yang harus ditingkatkan tahun depan.
To be honest, 2017 ini tahun yang menyenangkan buat saya karena sudah mulai bisa menata hidup sendiri. Dan sekarang, saya sedang bersiap dengan pulpen dan personal journal saya. Menanti hal-hal menyenangkan lain yang akan jumpai di tahun 2018.
Happy new year, folks!
Reblogged this on jongso kenari.
LikeLiked by 1 person